Tradisi Jawa Timur yang Dilestarikan hingga saat ini
Masih banyak tradisi dari leluhur yang masih dijalankan oleh masyarakat sampai saat ini. Salah satunya adalah upacara adat. Begitu juga dengan di Jawa Timur, dimana sebagian masyarakatnya masih melaksanakan upacara adat sebagai bagian dari keseharian mereka.
Upacara-upacara adat di Jawa Timur juga beragam. Ada upacara yang berkaitan dengan panen, rasa syukur, penghormatan atau kematian. Beberapa upacara adat di Jawa Timur juga sudah cukup terkenal sehingga mengundang para wisatawan untuk datang melihat.
Ingin tahu apa saja upacara adat yang ada di Jawa Timur? Yuk, simak list di bawah ini:
Upacara Adat Tradisi Jawa Timur
1. Upacara Nyewu Dina
Ada juga upacara adat Jawa Timur yang berkaitan dengan kematian. Masyarakat menyebutnya sebagai Nyewu Dina, dimana orang-orang yang ditinggalkan, terutama keluarganya, memperingati 1000 hari setelah kematian mendiang.
Mereka membuat perkumpulan di rumah untuk mendoakan mendiang agar mendapatkan ampunan dari segala dosa-dosanya selama hidup. Setelah acara berdoa yang dipimpin oleh pemuka agama, mereka akan makan hidangan yang telah disajikan bersama-sama.
Katanya, hidangan tersebut tergantung kepada siapa yang mengadakannya. Jika yang mengadakannya berasal dari golongan bangsawan, maka hidangan yang disajikan tergolong mewah, seperti kambing, bebek, burung dara, serta kolak dan ketan. Apabila yang mengadakan Nyewu Dina adalah dari golongan rakyat biasa, maka sajiannya adalah ayam, nasi ambengan atau nasi gurih, dan kolak.
2. Nyadran Dam Bagong
Tradisi ini berasal dari daerah Trenggalek, Jawa Timur. Dalam upacara adat ini, masyarakat setempat akan menumbalkan kepala kerbau di Dam Bagong Ngantru. Tujuannya adalah untuk menolak bala serta menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan atas manfaat yang diberikan oleh Dam Bagong.
Upacara Dam Bagong akan diawali dengan berdoa dan tahlilan di samping makam Adipati Menak Sopal, yaitu seorang ulama yang dulu berjasa dalam pembangunan dam ini. Dahulu, beliau pernah gagal dalam membangun alat pengairan, hingga akhirnya ayahnya memberi saran agar ia menumbalkan kepala seekor gajah putih dan memasukkannya ke dalam sungai Bagong. Setelah beliau melakukannya, pembangunan pun berhasil.
Setelah mengadakan doa di makam Adipati Menak Sopal, mereka berkumpul di area makam sambil menikmati hiburan dari alat musik gamelan. Sebagai puncak acara, para pemuda melemparkan kepala kerbau untuk ditumbalkan. Setelah selesai, biasanya acara berlanjut dengan pertunjukkan wayang kulit.
Nyadran Dam Bagong ini dilaksanakan setiap hari Jumat Kliwon pada bulan Selo, atau sama dengan bulan Zulkaidah pada penanggalan hijriyah.
Itulah beberapa upacara adat Jawa Timur yang masih secara rutin diselenggarakan oleh para warganya. Apakah kamu berniat untuk pergi ke salah satu daerah di Jawa Timur dalam waktu dekat? Jika iya, maka kamu juga bisa berkunjung ke tempat dimana upacara adat dijalankan.
3. Upacara Larung Sembonyo
Salah satu upacara adat Jawa Timur yang cukup terkenal adalah Upacara Larung Sembonyo. Upacara ini dilaksanakan oleh nelayan, bertujuan untuk mensyukuri rezeki berupa tangkapan ikan yang telah mereka dapatkan, serta memohon keselamatan bagi para nelayan yang bekerja di area laut tersebut.
Tradisi Upacara Larung Sembonyo ini biasanya dilakukan oleh para nelayan, termasuk juga petani, yang berada di pesisir pantai Prigi. Dahulu, ada mitos bahwa awal mula kawasan Prigi dibuka atau dibabad oleh Tumenggung Yudho Negoro beserta empat saudaranya. Maka, mereka juga melakukan upacara ini sebagai penghormatan kepada leluhur yang telah berjasa membuka kawasan Teluk Prigi, yang kini menjadi tempat mereka mencari penghasilan.
Masyarakat setempat mempercayai Upacara Larung Sembonyo ini membawa keberuntungan bagi mereka. Jika mereka meninggalkannya, mereka takut mendapat gangguan ketika sedang melaut, termasuk juga musibah gagal panen dan musibah lainnya.
Upacara Larung Sembonyo dilaksanakan pada hari Senin Kliwon di bulan Selo. Tentunya, upacara ini dilakukan dengan beramai-ramai, sehingga seringkali menarik perhatian para wisatawan.
4. Upacara Yadnya Kasada
Upacara Yadnya Kasada adalah upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat sekitar Bromo, yaitu masyarakat Suku Tengger. Upacara ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dari seluruh nikmat dan rezeki yang mereka dapatkan dari Tuhan.
Yadnya Kasada akan berlangsung dengan pimpinan dari seorang Dukun Pandita. Sebelumnya, mereka sudah menyiapkan sesajen untuk dilarungkan ke kawah Bromo. Dukun Pandita akan memulai upacara dengan memimpi untuk pembacaan doa. Barulah setelah itu mereka memulai arak-arakan menuju ke kawah Bromo sambil membawa seluruh sesajen.
Arak-arakan biasanya berlangsung dini hari, sekitar jam 4 subuh. Oleh karena itu, masyarakat yang mengikuti arak-arakan berjalan beriringan sambil membawa obor. Suara gamelan mengiringi arak-arakan hingga tiba di kawah Bromo. Masyarakat kemudian melempar sesajen ke dalam kawah Bromo.
Yadnya Kasada sendiri sebetulnya menggunakan filosofi Hindu yang berarti harus saling tolong menolong, tidak bersikap sombong, dan senantiasa bersyukur kepada Tuhan.
5. Kebo-Keboan
Upacara Kebo-Keboan adalah salah satu upacara adat Jawa Timur yang sangat unik. Kebo-keboan dilakukan sebagai tanda syukur atas hasil panen yang telah didapatkan oleh para petani serta sebagai bentuk doa agar mereka senantiasa diberi tanah yang subur, yang dapat selalu menghidupi mereka lewat bertani.
Kebo-keboan dilakukan oleh masyarakat Suku Osing. Hal yang membuat upacara ini unik adalah perayaannya yang dilakukan dengan cara merias diri menjadi seperti kerbau (kebo). Riasan kerbau harus lengkap hingga mereka juga membuat tanduknya, serta mereka pun tidak ragu untuk duduk atau bahkan berlutut terkena lumpur.
Mereka kemudian melaksanakan arak-arakan. Para kerbau mengangkat tandu yang di atasnya duduk seorang perempuan yang memerankan dewi padi bernama Dewi Sri.
Ada sejarah yang melatarbelakangi upacara kebo-keboan ini. Dahulu, hiduplah seseorang bernama Buyut Karti yang menghadapi sebuah wabah penyakit di daerahnya. Tiba-tiba saja, Buyut Karti mendapat wangsit untuk melepaskan daerah mereka dari wabah penyakit, yaitu dengan merias diri menjadi kerbau.
Pelaksanaan kebo-keboan ini dapat ditemukan di beberapa daerah, namun penyelenggaraannya di tiap-tiap daerah berbeda-beda rangkaiannya
6. Upacara Keduk Beji
Berikutnya adalah upacara adat Jawa Timur yang didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi, yaitu Upacara Keduk Beji. Upacara ini sudah menjadi agenda tahunan bagi masyarakat Ngawi, dan tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi daerah Ngawi.
Upacara Keduk Beji juga dikenal dengan Upacara Adat Bersih Sendang. Tradisi ini diadakan di Wisata Pemandian Tawun, Kasreman. Masyarakat berkumpul untuk membersihkan mata air Tawun, dengan didampingi oleh sesepuh atau juru kunci. Selain membersihkan, mereka pun masuk ke dalam mata air sambil membawa sesajen.
Tujuan lain dari Keduk Beji adalah untuk mengenang hilangnya Raden Ladrojo/Ludrojoyo yang sedang bertapa sambil berendam. Masyarakat juga berharap mata air akan terus mengalir dengan lancar. Harapan tersebut juga diiringi oleh salah satu ritual dari Upacara Keduk Beji sendiri, yaitu ketika dua juru kunci dan warga laki-laki memasukkan kendi kecil berisi sesajen dan badeg.
Masyarakat Ngawi melaksanakan Keduk Beji setiap satu tahun sekali, di hari Selasa Kliwon. Upacara ditutup dengan memukuli air dan berdoa bersama. Tidak lupa juga terdengar lagu-laguan khas Jawa Timur.
Ragamjatim.id
Posting Komentar untuk "Tradisi Jawa Timur yang Dilestarikan hingga saat ini"