Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengulik sejarah wisata religi Troloyo Pemakaman Trah Majapahit di Mojokerto

mengulik sejarah wisata religi troloyo

ragamjatim.id
- Makam Troloyo ialah salah satu tempat wisata Mojokerto yang jadi kesukaan peziarah buat melaksanakan wisata religi.


Tempat yang ialah peninggalan budaya aset Kerajaan Majapahit ini merupakan lingkungan pemakaman orang Islam pada era itu.


Makam yang senantiasa ramai wisatawan ini hendak memperkenalkan pengalaman berziarah yang berbeda sebab nuansanya yang masih semacam era kerajaan.


Tidak cuma berasal dari Mojokerto, wisatawan yang tiba berasal dari daerah lain di Jawa Timur, apalagi dari provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, sampai Sumatera.


Sekilas tentang Makam Religi Troloyo

makam religi troloyo

Tempat wisata ini diperkirakan telah terdapat semenjak era Kerajaan Majapahit dekat abad ke- 14 Meter. Ini maksudnya pengaruh Islam telah terdapat semenjak saat sebelum kerajaan tersebut hadapi keruntuhan.


Diperkirakan para orang dagang yang berasal dari Arab, Persia, serta India tiba ke kawasan kerajaan ini buat menyebarkan Islam.


Nama Troloyo sendiri berasal dari 2 kata, ialah citra serta pralaya. Citra bermakna luas serta laya maksudnya pati. Dengan kata lain, citra pralaya mempunyai makna selaku tempat yang luas serta digunakan spesial buat makam orang Islam.


Kemudian, nama Citra Pralaya berganti jadi Troloyo, singkatan yang diambil dari suku kata akhir kedua kata tersebut buat mempermudah orang Jawa dalam menyebutkannya. Ada pula nama lain dari tempat ini merupakan makam Syekh Jumadil Kubro.


Makam seluas 3, 5 hektar ini terdiri atas sebagian lingkungan pemakaman dengan tiap kompleksnya dihubungkan oleh bilik khas Majapahit. Setelah itu, antar lingkungan tersebut dihubungkan satu sama lain oleh jalur setapak berpaving.


Ada pula lingkungan makam terluas merupakan makam Syekh Jumadil Kubro dengan bangunan beratap( cungkup) serta dindingnya yang dibuat dari kayu jati.


Ada Di mana Makam Troloyo?


Makam Troloyo terletak di Jalan. Syekh Jumadil Qubro, Desa Troloyo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.


Dari pusat Kota Mojokerto ke posisi ini berjarak dekat 16 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 26 menit.


Buat menggapai tempat ziarah ini, kalian dapat memakai dorongan aplikasi Google Maps ataupun menjajaki petunjuk yang ada di pinggiran jalur.


FYI, Kecamatan Trowulan ialah bagian dari posisi berdirinya Kerajaan Majapahit, sehingga tidak heran bila di kecamatan ini ada sebagian web aset dinasti tersebut, salah satunya merupakan Makam Troloyo.


Energi Tarik Makam Troloyo

gerbang wisata religi troloyo

Makam Troloyo Mojokerto mempunyai energi tarik tertentu yang jadi alibi tempat ini senantiasa ramai hendak wisatawan dari bermacam wilayah. Penasaran? Berikut ulasannya!


1. Ada Makam Syekh Jumadil Kubro


Syekh Jumadil Kubro, bernama asli Jamaluddin Husein al- Akbar, ialah satu di antara sedikit penyebar Islam awal di Pulau Jawa, spesialnya di zona Kerajaan Majapahit.


Dia berasal dari Kota Samarkand, Uzbekistan serta ialah generasi dari Ja’ far Shodiq bin Husein bin Ali bin Abi Thalib.


Makam Syekh Jumadil Kubro jadi makam yang sangat banyak didatangi oleh para peziarah sebab dia ialah punjer- nya( pusatnya) Walisongo.


Jamak dikenal kalau Sunan Ampel, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Bonang, serta Sunan Giri ialah generasi langsung darinya.


Syekh Jumadil Kubro meninggal serta dimakamkan di mari dekat tahun 1376 Meter. Makam Syekh Jumadil Kubro ialah yang terluas serta berkapasitas 1. 000 orang.


2. Makam Spesial Generasi Majapahit


Walaupun ialah pemakaman muslim, namun tidak seluruh orang Islam dapat dimakamkan di mari. Cuma mereka yang generasi Kerajaan Majapahit yang dapat dikebumikan di pemakaman Troloyo.


Tercatat ada 19 makam bercorak Islam di pemakaman ini. Tidak hanya Syekh Jumadil Kubro, ada makam tokoh lain, semacam Imamuddin Sofari, Ki Ageng Surgi, Patas Angin, Nyai Roro Kepyur, Syekh Qohar, serta Ratu Ayu Kencono Wungu( istri Damarwulan, Raja Majapahit).


3. Tidak Sempat Hening Pengunjung


Lingkungan pemakaman ini senantiasa ramai didatangi. Makam Syekh Jumadil Kubro ialah makam dengan jumlah peziarah paling banyak. Para peziarah juga tiba dengan alibi yang bermacam- macam.


Terdapat yang berziarah dengan alibi ngalap( memperoleh) berkah, bertawasul kepada para wali Allah, mau lekas memperoleh jodoh, mengharap kesembuhan penyakit, serta lain- lain.


4. Hari - hari Spesial buat Berziarah


Walaupun kalian dapat berziarah ke tempat wisata religi ini kapan saja, namun ada hari- hari spesial dan kearifan lokal yang membuat makam ini sangat ramai. Hari- hari spesial tersebut umumnya ialah hari pasaran tertentu dalam penanggalan kalender Jawa.


Pada malam Jum’ at legi serta pada dikala Grebeg Suro, tempat ini sangat ramai peziarah. Begitu pula pada momentum yang lain, semacam menjelang Ramadan, sehabis Hari Raya Idulfitri, serta pada hari peringatan haul Syekh Jumadil Kubro.


Sarana di Makam Troloyo Mojokerto


Mendatangi tempat ini, Sobat MI dapat menikmati bermacam sarana yang ada, di antara lain masjid serta wc. Kalian dapat menggunakan Masjid Baitul Muttaqin yang terletak di zona makam selaku tempat sholat serta ataupun buat istirahat dari lelahnya ekspedisi.


Di luar zona makam, ada banyak orang dagang yang menjajakan bermacam tipe dagangan, semacam baju, santapan, serta souvenir. Tidak hanya itu, ada pula zona parkir yang luas.


Buat harga tiket masuk sangatlah terjangkau. Kalian cuma butuh menghasilkan Rp. 5.000 per orang buat dapat berziarah ke Makam Troloyo. Kalian juga dapat tiba kapan saja sebab tempat wisata ini buka selama hari tanpa terdapat hari libur.


Demikian uraian menimpa Makam Troloyo, mulai dari pengenalan, posisi, energi tarik, sampai sarana yang ada di dalamnya.


Jangan kurang ingat buat terus membaca artikel kami ya, Sobat MI. Triknya gampang kok. Dengan klik di mari. Rasakan khasiat, keasikan, serta keseruan memahami Indonesia lewat artikel di web serta akun social media Memahami Indonesia. 

Posting Komentar untuk "Mengulik sejarah wisata religi Troloyo Pemakaman Trah Majapahit di Mojokerto"